Makalah Sejarah Wayang Kulit

Makalah Sejarah Wayang Kulit. Berikut ini adalah makalah sejarah wayang kulit yang dapat membantu anda untuk menjadi referensi makalah anda.

BAB I 
PENDAHULUAN

Wayang dipandang sebagai suatu bahasa simbol dari hidup dan kehidupan yang lebih bersifat rohaniah dari pada lahiriah. Orang melihat wayang seperti melihat kaca rias, jika orang melihat pagelaran wayang, yang dilihat bukan wayangnya masalah yang tersirat di dalam(lakon) wayang itu.Seperti kalau kita melihat kekaca rias, kita bukan melihat tebal jenis kaca rias itu, melainkan melihat apa yang tersirat di dalam kaca tersebut. Kita melihat bayangan di dalam kaca rias itu. Olih karenanya, kalau kita melihat wayang dikatakan, bahwa kita bukan melihat bayanganya, melainkan melihat(lakon) diri sendiri.
Dengan adanya wayang yang dipentaskan secara langsung akan mempengaruhi karakter bangsa dan akan membentuk kepribadian bangsa indonesia. Apalagi wayang dikenalkan didunia pendidikan diinformal , nonformal dan formal.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiknya secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Apalagi pelaksanaanya diberikan budaya lokal yang sudah tertanam mendarah daging misal wayang seni sastranya, rupanya, musiknya.
Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 
Dewasa ini bangsa indonesia mengalami perubahan yang cepat serta berdampak jangka panjang yang sangat menentukan masa depan kebudayaan nasional dan negara bangsa serta keseluruhan. Secara intern, perubahan itu merupakan konsekwensi yang tidak bisa dielakkan dari arus globalisasi dan reformasi kususnya dalam bidang seni pementasan wayang untuk terbentuknya karakter dan kepribadian bangsa indonesia kususnya generasi muda yang masih ada dipendidikan formal dari tingkat SD, SMP, SMA 
Sekolah merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat guru dan tenaga kependidikan lainnya dimana yang bersangkutan mempunyai tugas dan merupakan ujung tombak dalam mencapai keberhasilan pendidikan. 
Guru adalah tenaga profesional dituntut menjadi manusia yang berdedikasi tinggi, loyal, berkemauan keras, memiliki etos kerja yang tinggi, bermotivasi tinggi dan berdisiplin yang dapat mendukung berhasilnya visi dan misi suatu sekolah sebagai organisasi. 
Untuk menuju keberhasilan pendidikan terutama adalah menghasilkan peserta didik yang menjadi manusia unggul dalam ilmu pengetahuan, akhlak dan kemanusiaan bukan pribadi yang lemah, KKN, tidak bertanggung jawab, tidak bersosial dan tidak mandiri (Yuwono Sudarsono dalam Soedijarto, 2008 : 17).
Dan pada akhirnya kualitas sumber daya manusia menjadi penting. Bagi suatu organisasi formal seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya, sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan UUD 1945, khususnya pegawai negeri sipil dalam lingkungan pendidikan sudah seharusnya jika bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya untuk mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Pendidikan adalah kunci sukses dalam pembagunan. Bangsa Indonesia yang sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang pendidikan guna membangun manusia-manusia pembangunan dinegeri ini. Dalam membangun manusia membangun bidang pendidikan sangat berperan menunjang pembangunan nasional. 
Sekalipun demikian, dunia pendidikan nasional saat ini masih dibalut masalah-masalah besar dan dasar yang memerlukan penanganan serius dan terencana. Masalah-masalah tersebut antara lain adalah peningkatan kualitas dan pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan.
Dari masalah dasar tersebut diatas, maka kualitas mendapat sorotan yang tajam dalam masyarakat. Peningkatan kualitas sangat diperlukan karena rendahnya mutu pendidikan dewasa ini. Rendahnya mutu pendidikan di buktikan dengan kedudukan Indonesia berada pada peringkat 112 pada tingkat internasional dan sumber daya manusia Indonesia bersaing rendah di tingkat internasional.
Berbagai cara dan upaya telah di lakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional, akan tetapi saat ini belum menampakkan hasil yang sesuai harapan. Bahkan kegagalan demi kegagalan telah terjadi terutama pada inplementasi di lapangan. Sebagai contoh antara lain penempatan guru yang tidak merata, penempatan tenaga kependidikan yang tidak sesuai dengan bidangnya, rendahnya mutu lulusan, dan kurangnya pembinaan terhadap guru. 
Kondisi di atas disebabkan karena pendidikan selama ini masih bersifat sentralistik. Penyelengaraan pendidikan nasional yang bersifat sentralistik mengakibatkan sekolah kurang mandiri, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan mutu pendidikan karena sangat tergantung pada keputusan birokrasi. 
Di era otonomi daerah di Indonesia, sistim pendidikan yang tadinya sentralistik secara berangsur-angsur ke sistim pendidikan yang desentralistik. Kebijakan desentralistik di bidang pendidikan ini membuka peluang bagi sekolah untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan melalui peningkatan kualitas kinerja sekolah dengan membenahi manajemen sekolah, kegiatan belajar mengajar (KBM), sumber daya manusia (SDM), serta fasilitas dan lingkungan hidupnya.
Peningkatan mutu pendidikan, bukan dengan maksud mengesampingkan kontribusi peranan lainya, bagai mana juga tergantung pada proses belajar mengajar. Dengan demikian guru memegang peranan penting, sebab hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pengajaran. 
Proses belajar mengajar tentu saja merupakan hasil kerja sama antara komponen yang ada di sekolah yang didasari program dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Kontribusi tiap komponen tentu saja mengarah pada pencapaian tujuan. 
Namun peranan guru menjadi sangat penting, artinya gurulah yang mengelola PBM yang dengan mengelolanya tersebut akan menentukan keberhasilan PBM mencapai tujuan pendidikan. Bagaimanapun baiknya kurikulum dan bagusnya program pendidikan, tanpa guru yang berkualitas semuanya tidak akan berjalan dengan baik dan tidak ada artinya. Adapun alasanya dalam dunia pendidikan peranan guru tetap dominan. 
Menurut Nawawi Hadari. H (2000 : 39) mengatakan bahwa “Manajemen adalah melakukan pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain”
Sedangkan Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. 
Kecerdasan emosional banyak dihubungkan dengan perasaan seperti mengidentifikasi perasaan, menaksir intesitas merasakan, memanage perasaan, menunda kepuasan mengendalikan hati, mengurangi tekanan dan mengetahui perbedaan perasaan dan tindakan.
Kecedarsan Emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dengan mengenali perasaan sendiri dan orang lain serta memotivasi dirinya dengan baik berdasarkan pengalaman sendiri (Goleman, 2000 : 9)
Sedangkan Kinerja (Prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalammelaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan (Hasibuan,  2002). 
Kinerja (Prestasi kerja) seorang pegawai negeri sipil anatra lain dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesungguhan pegawai negeri sipil yang bersangkutan (Kepres nomor 66 tahun 1990). 
Empat pilar prestasi keberhasilan lulusan suatu pendidikan yang menjadi latar belakang ketertinggalan negara berkembang dari negara maju sebagaimana Uniesco perkenalkan yaitu : learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be (Soedijarto, 2008 : 130).
Dengan demikian melalui pendidikan diharapkan secara bertahap akan membawa perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari yang tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab, yang secara umum dikatakan bahwa melalui pendidikan akan membawa perubahan tingkah laku.
Untuk itu idealnya kegiatan pendidikan harus dilakukan terus menerus tanpa batas waktu dan usia. Oleh karena itu pendidikan dapat diselenggarakan oleh sekolah atau luar sekolah. Pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah disebut pendidikan formal dan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah disebut pendidikan non formal, dengan pondasi dasar berasal dari nilai- nilai yang digali dari budaya sendiri yang secara universal diakui oleh masyarakat dunia, seperti wayang, keris, batik dan lain-lain dengan mengedepankan  pengembangan- penyesuaian kemajuan pengetahuan tehnologi saat ini, kususnya wayang kulit porwo yang dikembangkan menjadi beberapa model bentuk, gaya diharapkan terus dikembangkan mengikuti kebutuhan , kondisi dari generasi muda sampai generasi tua dan dimasukan dalam kurikulam pendidikan formal dari semuajenjang.
Wayang kulit memiliki nilai pendidikan yang lengkap untuk membentuk karakter kepribadian bangsa bisa digali dari nilai seni sastranya, seni rupanya, seni musiknya,seni geraknya. Semua itu bisa diambil untuk membentuk karakter kebradian bangsa indonesia dari generasi kegererasi, didunia anternasional kita memiliki nilai lebih. Yang digali daribudaya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar